"Saat ini orang Rusia tersebut bermukim di Toronto, Kanada, dan berumur di kisaran 50 tahunan," ujar Ruby Alamsyah, analis digital forensik yang ikut mendampingi kepolisian mengusut kasus ini.
Sementara orang Indonesia yang beraksi di Jakarta dan Bali, lanjutnya, cuma dimanfaatkan jadi kaki tangannya. "Si orang Rusia yang membiayai, mengotaki dan memberikan belasan alat skimmer (untuk mencuri identitas di kartu ATM)," tukas Ruby.
Dari data yang dicuri tersebut lalu dimasukkan ke dalam kartu ATM bodong, untuk kemudian bisa digunakan untuk menarik dana di sejumlah tempat.
Kepolisian sendiri saat ini sudah menangkap kaki tangan si orang Rusia yang berjumlah 6 orang. Mereka beraksi di Jakarta dan kasusnya sekarang sudah dilimpahkan ke kejaksaan.
Sementara kasus dengan modus sama yang terjadi di Bali beberapa hari ini juga diduga kuat terjadi dengan kasus yang terungkap di Jakarta pada Oktober 2009 lalu tersebut.
"Sebab modus dan cara kerja yang digunakan sama. Mereka sama-sama menggunakan alat skimmer dan kamera. Alat-alat ini yang dipinjamkan orang Rusia tersebut," pungkas Ruby.
Kasus pembobolan rekening bank di Bali memang penuh misteri. Selain nasabah BCA, sejumlah nasabah bank lainnya, seperti BNI dan Bank Permata juga dibobol. Bahkan, ada nasabah yang mengaku tak pernah bertransaksi lewat ATM. Namun, dalam print out diketahui ada pembobolan rekeningnya melalui ATM.
Kartu ATM yang Dibobol Bisa Dipakai di Luar Negeri
Data yang dicuri dari nasabah bank BCA tak serta merta langsung digunakan pelaku untuk menjalankan aksinya. Orang Rusia yang menjadi otak kejahatan ini sebelumnya 'memagari' alias mengenkripsi data nasabah yang dicuri.
Ruby Alamsyah, analis digital forensik yang ikut mendampingi kepolisian mengusut kasus ini menjelaskan, untuk membobol rekening nasabah, pelaku menggunakan alat skimmer (pencuri informasi di kartu ATM atau kartu kredit). Dari data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kartu bodong.
"Cuma untuk kasus yang didalangi orang Rusia ini di Jakarta dan Bali, pelaku di Jakarta setelah dapat data yang dicuri tidak langsung menggunakannya. Tapi dikirimkan dulu ke Toronto, Kanada, tempat orang Rusia itu tinggal untuk dienkripsi," tuturnya.
Selain itu, data nasabah curian yang dikirimkan dari Indonesia juga tak semuanya dikembalikan. Misalnya, anak buahnya di Indonesia telah mengumpulkan 1.000 dana nasabah, setelah dienkripsi paling datanya dikembalikan 500 data.
"Nah, nanti sisanya itu bisa dipergunakan di tempat lain seperti di Toronto, Kanada. Makanya, di dalam histori di buku nasabah yang jadi korban ada keterangan dikenai biaya tambahan Rp 25.000. Itu karena dipakai di Toronto dari jaringan Cirus, yang telah memiliki kerja sama dengan BCA," papar Ruby. (detik)
Terima kasih telah membaca artikel tentang Next Mafia Rusia & Anteknya Bobol ATM & Bank Indonesia di blog Segudang Informasi jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.