JAKARTA, KOMPAS.com - Model bisnis aplikasi Android seperti Android Market yang sudah disediakan Google dinilai belum tentu cocok diterapkan di Indonesia. Praktisi marketing Daniel Tumiwa yang juga Brand Development Manager PT Djarum mengatakan, untuk itu perlu dipikirkan model bisnis Android market yang pas.
"Orang Indonesia sukanya yang gratisan. Jadi perlu dipikirkan model bisnis yang sesuai," kata Daniel dalam gathering komunitas id-gtug (Google technology user group) dan id-android di Jakarta, Sabtu (5/12). Namun, ia mengakui para pengembang aplikasi mengeluarkan investasi sehingga tidak mungkin berjalan jika tidak ada sumber pemasukan.
Menurutnya, model bisnis yang diterapkan mungkin bisa meniru model bisnis di industri musik saat ini. Yakni dengan menggandeng sponsor misalnya pemilik produk sampo, bank, atau mobil dan ujung-ujungnya menjadi alat marketing mereka.
"Kalau saya pikir ini pasar yang sangat terbuka dan unik. Banyak pula orang yang butuh aplikasi otomotif, jadwal TV, tempat dugem, termasuk informasi mal ini. Tinggal masalah waktu," tandasnya.
Sampai saat ini Android memang tergolong baru di Indonesia dan baru ada dua handset yang mendukung yakni HTC Magic dan IMO S900. Namun, handset yang tersedia belum bisa mengakses Android Market yang sudah disediakan Google karena baru menggunakan lisensi OHD (open handset distribution). Google belum memberikan lisensi GMS (Google Mobile Services) kepada vendor dan operator jaringan manapun untuk menyediakan layanan tersebut di Indonesia.
Orang Indonesia Sukanya Gratisan, Android Market Harus Menyesuaikan
Terima kasih telah membaca artikel tentang Orang Indonesia Sukanya Gratisan, Android Market Harus Menyesuaikan di blog Segudang Informasi jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.