Promosi jor-joran bisa membuat persaingan di perusahaan penyedia jasa internet (PJI) menjadi tidak sehat. Promosi dengan banting harga membuat PJI lokal susah berkembang. Hal ini diungkapkan oleh Vivi Mariska, Vice President Marketing dan Promosi PT Melvar Lintasnusa (Melsa).
Vivi, demikian wanita ini akrab dipanggil, dirinya tidak dapat memungkiri bahwa ‘hancurnya’ harga internet di Indonesia akibat dari promosi yang salah dari para pesaing membuat sebagian besar perusahaan penyedia jasa internet swasta (PJI) menjadi kian terpuruk.
"Pelanggan kerap kurang mendapat edukasi ataupun penjelasan yang baik tentang produk dan layanan yang mereka sewa, seperti service level agreement atau yang lebih dikenal sebagai jaminan layanan konsumen. Mereka hanya tahu harganya murah," paparnya.
Padahal, imbuhnya, pada saat pelanggan berlangganan mereka tidak peduli dengan bandwith yang mereka terima. "Tapi, jika ada masalah dengan kecepatan, baru mereka akan bertanya," ungkapnya.
Namun, tambah lajang berparas ayu ini, bukan berarti dirinya tidak menghendaki adanya persaingan. "Melsa bisa bersaing. Kita bisa berikan alternatif yang mana kompetitor nggak bisa penuhi. Seperti komunitas game, data center ataupun konten Gardamaya dan Indramaya. Ini yang tidak dimiliki oleh kompetitor," katanya.
Pertumbuhan bandwith di Melsa sendiri naik sebesar 40 persen sejak 3 bulan lalu. Sedangkan total pelanggan Melsa saat ini lebih dari 2.500 pelanggan. (Detik)
Terima kasih telah membaca artikel tentang Internet di Indonesia Turun Karena Perang Harga? di blog Segudang Informasi jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.