|
Menurut Andreas Diantoro, Managing Director, Dell South Asia Developing Markets Groups, kompleksitas TI musti disederhanakan untuk mencapai penghematan-penghematan dari biaya yang tak perlu.
"Menurut laporan IDC, 66 persen dari Chief of Information Officer, menempatkan kompleksitas TI di peringkat ketiga teratas di antara tantangan-tantangan yang mereka hadapi," ujar Andreas.
Penghematan-penghematan tadi, kata Andreas, sangat diperlukan mengingat krisis ekonomi global yang terjadi masih akan berlangsung antara 6 bulan hingga 1 tahun ke depan.
Lalu, Andreas mengutip rekomendasi Gartner selama masa krisis, agar para manajer TI berfikir seperti Chief Finance Officer, dan memotong biaya-biaya dengan memanfaatkan disruptive technology (teknologi revolusioner yang mengubah paradigma lama).
Di antaranya adalah dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk hardware hingga 50 persen, melalui virtualisasi. Sebab, kata Andreas, tanpa virtualisasi, penggunaan resource yang ada hanya mencapai sekitar 10-15 persen. Dengan virtualisasi, kata Andreas, resource yang sudah ada, bisa dioptimalkan untuk mengerjakan tugas yang lebih banyak.
Tak hanya itu, perusahaan juga disarankan mentransfer ongkos pemeliharaan komputer desktop perusahaan kepada pihak lain yang mengkhususkan diri di bidang itu.
Pasalnya, kata Andreas, selama ini 70 persen tenaga yang dihabiskan oleh staf-staf TI internal perusahaan, hanya untuk permasalahan pemeliharaan komputer. Padahal, seharusnya 70 persen tenaga mereka digunakan untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru.
Cara lainnya, menurut Andreas, yaitu dengan mengurangi ruangan yang diperlukan oleh pusat data (data center), dan di saat bersamaan meningkatkan kinerja hingga 97 persen, melalui efisiensi energi yang didapat.
Cara itu bisa ditempuh dengan menggunakan komputer-komputer server blade. Blade adalah server yang dirancang dengan densitas yang tinggi, sehingga bisa mengirit ruangan.
Bila satu rak server standar hanya bisa memuat sekitar 42 server (1U) saja, dengan besar yang kurang lebih sama, rak Blade bisa memuat hingga 128 server. Server jenis ini juga punya kelebihan dalam masalah konsumsi daya listrik yang bisa mencapai hingga 40 persen.
Apalagi, kata Erik Lai Tjandra, Enterprise Business Manager Dell Indonesia, menurut standar pengukuran SpecJBB, satu unit enclosure server blade milik Dell 23 persen lebih unggul dalam hal kinerja, dan 18 persen lebih hemat listrik, dari pada server blade kompetitor lainnya.
Keuntungan itulah yang kini dirasakan oleh Garuda Indonesia. Baru-baru ini maskapai penerbangan nasional itu membeli 57 buah server model Dell PowerEdge M600.
Alhasil, "perusahaan kami bisa menghemat konsumsi daya antara 30-40 persen dan mengurangi ruang untuk data center hingga 50 persen," ujar M Ismed Arifin, Vice President Information System Solution Garuda Indonesia.
Perusahaan yang kini memiliki lebih dari 12 juta pelanggan itu, menggunakan server-server blade untuk aplikasi-aplikasi messaging, sistem reservasi, sistem internet booking, dan business intelligent.
Untuk aplikasi messaging, Garuda mempekerjakan sekitar 11 servernya, yang melayani sekitar 3000 user, yaitu karyawan-karyawan Garuda, agar dapat mengakses e-mail secara seketika di manapun mereka berada.
"Semua ini untuk membantu percepatan perusahaan kami untuk bisa terus kompetitif," Ismed menambahkan.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Pasar TI Diperkirakan Meningkat 25 Persen di blog Segudang Informasi jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.